“Kami berhasil menghemat listrik hingga Rp 20 juta per tahun. Mesin pengolahan sampah dan pompa air kini juga bisa berjalan lebih efisien tanpa membebani biaya operasional. Tidak hanya itu, produksi padi organik juga meningkat 2 sampai 4 ton setiap panennya. Sehingga masyarakat bisa memanfatkan langsung hasil panen untuk dikonsumsi secara mandiri,” ujarnya, Kamis (7/5/2025).
Program ini juga mengubah tantangan pengelolaan sampah menjadi peluang ekonomi baru melalui produksi kompos organik untuk pertanian ramah lingkungan.
Baca Juga:
UPH Resmi Buka Fakultas Artificial Intelligence, Gandeng Zhejiang University
Wayan menambahkan, kesadaran warga terhadap lingkungan meningkat pesat sejak program ini dijalankan.
“Dulu kami belum terlalu peduli soal pengelolaan sampah dan energi. Tapi sekarang kami merasa bangga bisa menjaga desa tetap lestari, termasuk untuk upacara adat kami di Pura Subak. Air bersih lebih mudah diakses dan listrik tidak menjadi beban,” ujarnya.
Keberhasilan Desa Keliki turut menarik perhatian wisatawan lokal maupun internasional.
Baca Juga:
Kapolda Sumut Dorong Transformasi Sosial Melalui Kunjungan Kerja di Polres Tapanuli Utara
“Sekarang kami mendapatkan dampak ekonomi dari aktivitas wisata dari turis yang mengunjungi Desa Keliki. Kami berharap melalui daya tarik wisata ini dapat meningkatkan taraf hidup warga,” lanjutnya.
Kisah sukses Desa Keliki pun mendapat sorotan dunia. Pada 30 April 2025, media internasional asal Aljazair, echoruk TV, datang dan meliput langsung perkembangan desa ini.
Mereka mengangkat cerita Desa Keliki sebagai contoh harmonisasi antara energi terbarukan dan budaya lokal yang memberikan dampak global.