Bali.WAHANANEWS.CO, Gianyar - Di tengah hijaunya hamparan sawah dan wangi dupa dari Pura Subak, Desa Keliki di Kecamatan Tegallalang, Gianyar, Bali, menjadi bukti nyata bahwa transformasi besar bisa berawal dari desa kecil.
Melalui program Desa Energi Berdikari (DEB) yang diinisiasi oleh PT Pertamina (Persero) melalui subholding PT Pertamina Patra Niaga, Desa Keliki kini tidak hanya mandiri secara energi, tetapi juga menjadi simbol kemajuan desa-desa di Indonesia.
Baca Juga:
UPH Resmi Buka Fakultas Artificial Intelligence, Gandeng Zhejiang University
Pertamina Patra Niaga menjalankan program Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL) yang terintegrasi dengan prinsip Environmental, Social, and Governance (ESG).
Program ini mendukung pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) dan menciptakan nilai tambah yang berkelanjutan bagi masyarakat serta lingkungan.
Melalui DEB, berbagai inisiatif energi bersih diterapkan di desa-desa sasaran.
Baca Juga:
Kapolda Sumut Dorong Transformasi Sosial Melalui Kunjungan Kerja di Polres Tapanuli Utara
Mulai dari pemasangan teknologi energi terbarukan hingga pelatihan masyarakat agar mampu mengelola energi secara mandiri dan berkelanjutan.
Desa Keliki menjadi salah satu penerima manfaat melalui penggunaan panel surya untuk mengoperasikan fasilitas penting seperti tempat pengolahan sampah (TPS3R) dan pompa irigasi saat musim kemarau.
Menurut I Wayan Sumada, Ketua BUMDes Yowana Bakti, manfaat program ini telah dirasakan langsung oleh warga.
“Kami berhasil menghemat listrik hingga Rp 20 juta per tahun. Mesin pengolahan sampah dan pompa air kini juga bisa berjalan lebih efisien tanpa membebani biaya operasional. Tidak hanya itu, produksi padi organik juga meningkat 2 sampai 4 ton setiap panennya. Sehingga masyarakat bisa memanfatkan langsung hasil panen untuk dikonsumsi secara mandiri,” ujarnya, Kamis (7/5/2025).
Program ini juga mengubah tantangan pengelolaan sampah menjadi peluang ekonomi baru melalui produksi kompos organik untuk pertanian ramah lingkungan.
Wayan menambahkan, kesadaran warga terhadap lingkungan meningkat pesat sejak program ini dijalankan.
“Dulu kami belum terlalu peduli soal pengelolaan sampah dan energi. Tapi sekarang kami merasa bangga bisa menjaga desa tetap lestari, termasuk untuk upacara adat kami di Pura Subak. Air bersih lebih mudah diakses dan listrik tidak menjadi beban,” ujarnya.
Keberhasilan Desa Keliki turut menarik perhatian wisatawan lokal maupun internasional.
“Sekarang kami mendapatkan dampak ekonomi dari aktivitas wisata dari turis yang mengunjungi Desa Keliki. Kami berharap melalui daya tarik wisata ini dapat meningkatkan taraf hidup warga,” lanjutnya.
Kisah sukses Desa Keliki pun mendapat sorotan dunia. Pada 30 April 2025, media internasional asal Aljazair, echoruk TV, datang dan meliput langsung perkembangan desa ini.
Mereka mengangkat cerita Desa Keliki sebagai contoh harmonisasi antara energi terbarukan dan budaya lokal yang memberikan dampak global.
“Desa Keliki sangat bersih dan terawat. Bisa menjadi rekomendasi destinasi yang menarik untuk dikunjungi,” kata Fethi Chafik, Senior Jurnalis echoruk TV dari Aljazair.
Corporate Secretary Pertamina Patra Niaga, Heppy Wulansari, menyambut positif perhatian dari media luar negeri.
“Kami sangat mengapresiasi perhatian dari media internasional. Ini menunjukkan bahwa komitmen kami terhadap prinsip Environmental, Social, and Governance (ESG) serta dukungan terhadap Sustainable Development Goals (SDGs) mendapat pengakuan luas. Desa Keliki hanyalah satu dari sekian banyak desa yang menjadi bagian dari gerakan energi bersih Indonesia,” ujarnya.
Program DEB telah dilaksanakan secara nasional, menjangkau berbagai wilayah dari Sumatera hingga Papua.
Sepanjang 2024, program ini hadir di 24 desa dan meningkat menjadi 27 desa pada 2025, termasuk di bawah binaan FT Cikampek, FT Pare-pare, IT Palembang, AFT Ngurah Rai, dan IT Manggis.
“Setiap desa membawa cerita unik, tetapi tetap satu visi yaitu kemandirian energi yang berkelanjutan. Pertamina Patra Niaga berkomitmen terus memperluas jangkauan program ini ke desa-desa lainnya. Dengan kolaborasi aktif masyarakat, teknologi bersih, dan semangat gotong royong, masa depan energi Indonesia yang mandiri dan ramah lingkungan bukan sekadar harapan, tapi kenyataan yang terus tumbuh dari desa,” pungkas Heppy.
[Redaktur: Ajat Sudrajat]