Oleh karena itu, kapal Mobula 8 menjadi salah satu cara menghentikan laju sampah agar tidak bergerak ke perairan lainnya.
“Kiriman sampah semua dari Sulawesi dan daerah lain masuk ke sini sampai ke Labuan Bajo, kemudian dapat tembus ke Kutub Selatan. Kami sebagai negara melakukan langkah kecil yang dapat dilakukan. Sampah kiriman itu, dengan kapal sekecil ini mudah-mudahan nanti di provinsi lain ada lagi alat seperti ini bisa membantu juga sampah kiriman dari daerah lain,” kata Basilio.
Baca Juga:
Bulog Bali Alokasikan 15 Ribu Ton Beras Hingga Juni 2024 untuk Program Pangan
Kapal Mobula 8 itu dijadwalkan beroperasi selama 5 hari dalam seminggu dengan waktu kerja 7 jam sehari.
Mobula 8, sebagaimana dijelaskan SeaCleaners dalam laman resminya, dapat mengangkut sampah di wilayah 15.000 meter persegi per jamnya, dan 18 kilometer persegi per tahun.
Untuk sekali operasi, Mobula 8 dapat mengangkut 2,4 ton lebih sampah padat dari laut, dan 600 liter sampah cair.
Baca Juga:
PLN UID Bali Komitmen Dukung Ketahanan Pangan Melalui Electrifying Agriculture
Kapal tersebut dilengkapi dengan jaring dan alat pengangkut sampah, yang dapat secara otomatis membawa sampah ke meja sortir di atas kapal. Kapal tersebut dioperasikan oleh satu orang nahkoda, dan 1–2 orang yang bertugas memilah sampah.
Manajer Komunikasi Internasional SeaCleaners Elise d'Epenoux, saat ditemui di Pelabuhan Tanjung Benoa, kembali menjelaskan Bali menjadi lokasi pertama untuk operasional Mobula 8.[zbr]