Biaya ini masih tergolong rendah mengingat festival ini baru pertama kali diadakan, dan banyak warga yang masih merintis usaha kuliner mereka.
Perkembangan Ekonomi Kreatif
Baca Juga:
Lepas Ekspor Furnitur ke AS, Wamendag Roro: Kolaborasi Kunci Sukses UMKM Tembus Pasar Global
Asep menekankan pentingnya media sosial dalam mendorong minat pengunjung. Setiap hari, ia melakukan siaran langsung selama sekitar 10 menit untuk mempromosikan festival ini kepada audiens TikTok dan media sosial lainnya.
"Saya akui sekarang handphone itu sangat berpengaruh. Sebelum ini saya memiliki usaha jual beli motor, tetapi selama festival berlangsung, saya hentikan dulu untuk fokus pada kegiatan ini," ujarnya.
Selain itu, untuk memastikan keamanan dan kenyamanan festival, Asep telah berkoordinasi dengan pecalang (keamanan desa adat) setempat.
Baca Juga:
Dukung Strategi Diversifikasi Ekspor, LPEI dan KBRI Den Haag Luncurkan Buku “Road to Rotterdam”
Perkiraan omzet kotor harian setiap lapak mencapai sekitar Rp1,5 juta, menunjukkan bahwa festival ini memiliki dampak ekonomi yang cukup signifikan bagi para pedagang.
Tidak hanya dari sisi ekonomi, keberlanjutan festival ini juga didukung oleh berbagai elemen, termasuk dekorasi lampu-lampu yang memperindah suasana serta dukungan dari komunitas lokal.
Asep berharap, Festival Kuliner Ramadan Kampung Sunda Bali dapat terus diadakan setiap tahun, menjadi agenda tetap yang tidak hanya menghidupkan UMKM tetapi juga melestarikan budaya Sunda di Bali.