Bencana letusan Gunung Agung ini menimbulkan korban jiwa sebanyak 1.549 nyawa. Selain itu, sekitar 1.700 rumah hancur dan ratusan ribu orang kehilangan mata pencahariannya.
Selain itu, lahar yang keluar dari letusan Gunung Agung juga menyebabkan ratusan ribu ton produksi pangan yang rusak. Sebagian besar masyarakat pun harus mengungsi karena dampak yang telah ditimbulkan oleh bencana letusan Gunung Agung Bali.
Baca Juga:
Bulog Bali Alokasikan 15 Ribu Ton Beras Hingga Juni 2024 untuk Program Pangan
Setelah letusan yang dahsyat pada tahun 1963, aktivitas Gunung Agung mulai mengalami penurunan. Gunung Agung beristirahat selama puluhan tahun.
Setelah 54 tahun istirahat, pada bulan September 2017 kegiatan vulkanik Gunung Agung kembali menunjukkan peningkatan. Sepanjang bulan September sampai Oktober, intensitas kegempaan masih terus meningkat.
Pada tanggal 21 November 2017, fase erupsi Gunung Agung dimulai yang ditandai dengan semburan abu vulkanik setinggi 700 meter. Pada tanggal 28 November 2017, erupsi kembali terjadi dengan ketinggian kolom abu mencapai 4 kilometer di atas puncak.
Baca Juga:
PLN UID Bali Komitmen Dukung Ketahanan Pangan Melalui Electrifying Agriculture
Berdasarkan laporan dari Kementerian ESDM, erupsi Gunung Agung kembali terjadi pada Juni 2018. Lalu, pada Mei 2018, Gunung Agung kembali mengalami erupsi dengan tinggi kolom abu 2000-2500 meter di atas puncak gunung.
Nah, itulah dia pembahasan lengkap mengenai sejarah meletusnya Gunung Agung Bali yang terjadi pada tahun 1963. Bencana besar yang terjadi tersebut diharapkan bisa menjadi pelajaran bagi kita semua, supaya ketika suatu saat bencana terjadi, kita lebih siap untuk menghadapinya sehingga bisa meminimalisasi korban yang berjatuhan.[zbr/detik]