Selain itu, ada pula faktor lain yang memengaruhi keterampilan membaca siswa.
"Dewan Pendidikan menilai bahwa ini masalah krusial yang harus segera ditangani. Jangan sampai dibiarkan. Harus ada langkah preventif di tingkat pendidikan dasar," tegas Sedana.
Baca Juga:
Ketua Komisi III DPR RI: Rencana Kunjungan Kerja ke Sumatera Barat Bahas Kasus Afif Maulana
Regulasi Wajib Naik Kelas Diduga Jadi Pemicu
Sebagai akademisi di Sekolah Tinggi Agama Hindu Negeri Mpu Kuturan Singaraja, Sedana juga menyoroti kebijakan yang mewajibkan siswa naik kelas tanpa pengecualian.
Menurutnya, kebijakan ini bisa menjadi faktor penyebab anak tetap mengalami kesulitan membaca meski sudah di jenjang SMP.
Baca Juga:
Saat Pulang Sekolah Siswa SMP di Depok Dibacok dan Dibegal
"Memang aturannya jelas tidak boleh lagi anak tinggal kelas. Jadi, sampai SMP tetap tidak bisa membaca dan mengeja. Tetapi, jangan hal tersebut dijadikan alasan untuk tidak menuntaskan permasalahan anak yang belum lancar membaca dan mengeja," jelasnya dikutip dari Merdeka.com, Jumat (4/4/2025).
Sedana menekankan pentingnya metode pembelajaran berdiferensiasi yang dapat membantu siswa dengan tingkat pemahaman yang berbeda.
Ia juga mengungkapkan bahwa disleksia menjadi salah satu faktor penyebab banyak siswa di Buleleng mengalami kesulitan membaca dan mengeja.