Darmawan menjelaskan potensi air di Indonesia sebesar 75 gigawatt (GW), tetapi pemanfaatannya baru sekitar 5 GW atau 6,5 persen.
Sedangkan potensi panas bumi sebesar 29 GW, terbesar kedua di dunia, dengan pemanfaatan yang baru sekitar 2,2 GW atau 7,5 persen.
Baca Juga:
Energi Terbarukan RI Masih Tertatih, Ini Datanya
“Artinya, masih banyak ruang untuk kita lakukan pengembangan,” jelas Darmawan.
Direktur Panas Bumi Ditjen EBTKE Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Harris Yahya menambahkan bahwa panas bumi dan air memang dua jenis EBT yang bisa menjadi andalan ke depan mengingat potensinya sangat besar.
Namun kajian lebih mendalam masih diperlukan untuk mengukur demand, suplai, dan keandalannya untuk mereduksi emisi karbon.
Baca Juga:
Komisi VII DPR Dukung Penuh PLN Kembangkan Super Grid, Smart Grid dan Smart Control Center
“Saat ini kita sudah punya program pensiun dini PLTU. Sehingga harus segera dipikirkan subititusinya. Tidak hanya menggantikan kapasitas, tetapi juga sebagai baseload. Storage juga sangat berperan jika kita bicara pasokan listrik yang andal,” jelas Harris.
Selain panas bumi dan air, lanjut Harris, potensi EBT Indonesia masih sangat besar termasuk di dalamnya adalah tenaga surya, angin, dan laut.
Ragam sumber EBT tersebut bisa disinergikan agar mampu berkontribusi secara maksimal.