Senior Manager Distribusi PLN UID Bali, Putu Eka Astawa menjelaskan bahwa meskipun seluruh atap gedung di Bali dipasangi panel surya, kapasitas listrik yang dihasilkan hanya sekitar 100 MW atau sekitar 10% dari total kebutuhan listrik di Bali.
"Jadi hanya 10% dari kebutuhan listrik di Bali," jelas Eka kepada media.
Baca Juga:
Kajati Bali Resmikan Bale Masawitra dan Umah Restorative Justice di Bangli
Eka menambahkan bahwa pada 2025, sesuai arahan Gubernur Bali, akan dimulai pemasangan PLTS rooftop di kantor-kantor pemerintahan dengan target tahap pertama menghasilkan 19-20 MW, yang diharapkan dapat meningkatkan pasokan listrik dari sumber energi terbarukan.
Bali juga telah mengembangkan Pembangkit Listrik Tenaga Minihidro (PLTMH) di beberapa bendungan, seperti di bendungan Titab yang menghasilkan daya sebesar 20 Kwp, serta PLTMH Muara Panji di Buleleng dengan kapasitas 2,3 MW.
Selain PLTS, pemerintah pernah mempertimbangkan pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) di Bedugul, Tabanan.
Baca Juga:
PHRI Bali Gelisah: Wisatawan Ramai, tapi Hotel Sepi Pengunjung
Berdasarkan data Kementerian ESDM, potensi panas bumi di Bedugul mencapai 225 MW. Namun, proyek ini terhenti akibat kontroversi terkait kekhawatiran masyarakat mengenai dampaknya terhadap kualitas air.
Selain masalah lingkungan, berdasarkan pemberitaan bisnis tahun 2015, Gubernur Bali sebelumnya, I Made Mangku Pastika, tidak menyetujui rencana pembangunan PLTP tersebut.
Mangku menegaskan, "Saya tidak pernah menyetujui proyek tersebut dilanjutkan sehingga masyarakat tidak perlu resah dan khawatir."