Salah satu tempat wisata utamanya adalah reruntuhan Perang Dunia II dan wisata sejarah.
Lebih dari 60.000 orang Amerika berbasis di Bougainville selama Perang Dunia II, dan Laksamana Jepang Isoroku Yamamoto tewas dalam kecelakaan pesawat di hutan sana.
Baca Juga:
Longsor Terjadi di Papua Nugini, Kemenlu Pastikan Tak Ada WNI Jadi Korban
Selain itu, Bougainville juga baru-baru ini dilanda wabah Covid-19 varian Delta, sehingga di-lockdown setelah terjadi 10 kematian pada awal November dan 170 kasus baru.
"Ekowisata adalah area pertumbuhan yang memungkinkan, tetapi selama dua tahun terakhir ini terhenti," sambung Dr Cintra-Oppermann.
Sebagai negara berkembang, Bougainville memiliki banyak hal yang harus dilakukan dalam mengembangkan layanan kesehatan dan infrastruktur pariwisata.
Baca Juga:
Dirjen Adwil Kemendagri Bahas Kerja Sama Indonesia-Papua Nugini di Perbatasan
Selain Covid-19, penyakit malaria yang endemik juga menjadi isu berkelanjutan.
Masih banyak lagi faktor yang juga membuat negara induknya, Papua Nugini, kurang populer dalam hal pariwisata, terutama reputasi berbahaya untuk keselamatan pribadi.
Sebagian besar disebabkan oleh kejahatan dan kekerasan antara penduduk setempat (terutama kekerasan dalam rumah tangga dan kekerasan terhadap perempuan) serta korupsi.