Bali.WAHANANEWS.CO - Organisasi Relawan Nasional MARTABAT Prabowo-Gibran menegaskan bahwa kesuksesan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Sanur, Bali, yang baru saja diresmikan Presiden, tidak hanya bergantung pada pemerintah dan pengelola, tetapi juga memerlukan dukungan dari seluruh pemangku kepentingan.
Ketua Umum MARTABAT Prabowo-Gibran, KRT Tohom Purba, menyampaikan bahwa target investasi KEK Sanur yang dipatok sebesar Rp15–20 triliun hingga 2045 bukanlah angka yang bisa dicapai dengan sendirinya.
Baca Juga:
Menikmati Pesona Sunset yang Menawan di Pantai Bodur
“Target sebesar itu adalah tantangan besar yang membutuhkan sinergi pemerintah pusat, daerah, investor, pelaku UMKM, hingga masyarakat lokal. Tanpa dukungan semua pihak, potensi sebesar apapun bisa terhambat,” tegas Tohom, Kamis (21/8/2025).
Menurutnya, keberadaan KEK Sanur harus dipandang bukan hanya sebagai proyek infrastruktur pariwisata dan kesehatan, melainkan sebagai katalis pertumbuhan ekonomi nasional.
“Jika KEK Sanur berhasil, maka bukan hanya Bali yang merasakan dampak, tetapi juga seluruh Indonesia melalui peningkatan devisa, lapangan kerja, hingga penguatan industri kesehatan,” jelasnya.
Baca Juga:
Tanjung Lesung, Wisata Idul Fitri di Pandeglang yang Wajib Dikunjungi 2025
Lebih jauh, Tohom menilai KEK Sanur dapat mengubah pola arus devisa negara. Selama ini banyak masyarakat Indonesia memilih berobat ke luar negeri, yang berarti devisa mengalir keluar.
Dengan hadirnya fasilitas kelas internasional di Sanur, tren itu bisa berbalik. “Inilah nilai strategis KEK Sanur, bukan hanya menarik pasien mancanegara, tetapi juga menahan devisa kita agar tidak lari ke negara lain,” ujar Tohom.
Tohom yang juga Ketua Aglomerasi Watch ini mengatakan bahwa keberhasilan KEK Sanur akan sangat ditentukan oleh kemampuan kawasan tersebut dalam menciptakan efek berganda terhadap ekonomi lokal.
“Penting sekali memastikan bahwa pelaku UMKM di Bali ikut terlibat dan merasakan manfaat langsung. Jangan sampai KEK ini hanya menjadi enclave yang eksklusif, tetapi harus tumbuh bersama masyarakat sekitarnya,” katanya.
Ia menambahkan, aspek keberlanjutan dan integrasi juga menjadi kunci. Menurutnya, konsep health and tourism destination yang diusung KEK Sanur harus benar-benar dijalankan dengan standar internasional agar Indonesia bisa bersaing dengan destinasi medis di Singapura atau Malaysia.
“Kita harus berani bersaing dalam kualitas layanan, bukan sekadar menjual keindahan Bali,” pungkasnya.
Sebelumnya, Direktur Utama PT Aviasi Pariwisata Indonesia Maya Watono menyebutkan bahwa KEK Sanur diproyeksikan mampu menambah devisa negara hingga Rp19,6 triliun serta menyerap lebih dari 18 ribu tenaga kerja hingga tahun 2045.
Hal senada juga disampaikan Direktur Utama InJourney Hospitality Christine Hutabarat, yang optimistis bahwa KEK Sanur akan memberikan efek berganda pada PDB nasional senilai Rp80,7 triliun serta menyerap investasi hingga Rp20 triliun.
[Redaktur: Sobar Bahtiar]