WahanaNews-Bali | Dalam rangka meningkatkan dampak implementasi program Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL) Pemanfaatan FABA (Fly Ash and Bottom Ash), PT PLN (Persero) Unit Induk Wilayah NTT bekerjasama dengan Forum Keberlanjutan Sosial Indonesia (Indonesian Social Sustainability Forum/ISSF) di Flores melakukan kegiatan pengukuran dampak program dengan tools SROI.
Agustinus Jatmiko selaku General Manager PT PLN (Persero) Unit Induk Wilayah Nusa Tenggara Timur menyampaikan PLN telah menyalurkan dana program TJSL (Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan) tahun 2021 sebesar Rp 620.826.400 untuk kegiatan pelatihan produksi bata interlock, kanstein, paving blok berbasis FABA, pelatihan pemanfaatan bata interlock, dan pembangunan bedah rumah maupun sarana umum seperti tempat ibadah.
Baca Juga:
Sepanjang Semester I 2024, PLN Sukses Manfaatkan Hampir 1,5 Juta Ton FABA PLTU
“Untuk mengukur kinerja dan dampak dari program tersebut, pada bulan Juni tahun 2022 tim ISSF melakukan pengukuran dan perhitungan SROI (Social Return On Investment). Program Pemanfaatan FABA untuk bedah rumah sederhana sehat layak huni bagi masyarakat kurang mampu pembangunan sarana umum merupakan bagian dari implementasi MoU (Memorandum of Understanding) antara PLN UPK Flores dengan Bupati Ende, Keuskupan Agung Ende, Kodim 1602 Ende, Kodim 1603 Sikka, LANAL Maumere, Polres Sikka, dan Perumda Mawarani Sikka,” ungkap Jatmiko.
Ditambahkan Jatmiko bahwa Program Pemanfaatan FABA untuk bedah rumah sederhana sehat layak huni bagi masyarakat kurang mampu di Ende telah mendorong terwujudnya semangat kebersamaan, solidaritas, dan gotong royong diantara warga dalam pelaksanaan bedah rumah.
Selain itu, pemanfaatan FABA juga telah mendorong peningkatan sirkuler ekonomi masyarakat dari lahirnya UMKM (Usaha Mikro Kecil dan Menengah) material konstruksi berbasis FABA, yang menciptakan lapangan kerja baru.
Baca Juga:
Di Jakarta, PLN Olah 3,3 Ton FABA dari PLTU Lontar Menjadi Bahan Konstruksi Gardu Distribusi
Selain itu dalam aktivitasnya, digunakannya FABA oleh UMKM mengurangi penggunaan pasir dan semen, sehingga dapat dijual dengan harga yang relatif lebih murah dan terjangkau.
Kondisi demikian menyebabkan pemanfaatan FABA sebagai bahan baku produksi material konstruksi juga dirasakan manfaatnya oleh masyarakat yang menggunakan produk-produk tersebut, sehingga berdampak pada meningkatnya kehidupan ekonomi dan sosial masyarakat.
Hal ini tentunya juga mendukung pencapaian target-target tujuan pembangunan berkelanjutan yang biasa disebut Sustainable Development Goals (SDGs), tutur Jatmiko.
Sementara itu, Nurul Iman, selaku Sekretaris Jenderal ISSF menyampaikan bahwa kehadirannya bersama tim di Ende dan Maumere bertujuan mengevaluasi program pemanfaatan FABA untuk bedah rumah sederhana sehat layak huni bagi masyarakat kurang mampu, pembangunan sarana umum, UMKM material konstruksi berbasis FABA yang merupakan bagian dari implementasi program CSV (Creating Share Value) telah dilaksanakan PLN tahun 2021.
Kami melakukan kunjungan lapangan kepada pemangku kepentingan terkait program terutama penerima manfaat seperti Gereja St. Donatus Bhoanawa, penerima program bedah rumah, dan UMKM Material konstruksi berbasis FABA.
“Dari hasil pengamatan dan diskusi dengan penerima manfaat, kami mendapatkan informasi yang dapat dijadikan sebagai sumber bagi kami dalam mengevaluasi program yang telah dilaksanakan sekaligus memberikan masukan konstruktif untuk peluang-peluang perbaikan dari program yang telah dilaksanakan, dan sangat berharap masukan tersebut dapat dilaksanakan oleh PLN bersama pemangku kepentingannya sehingga keberlanjutan program terus dilaksanakan dan lebih bermanfaat diwaktu yang akan dating,” jelasnya.
“Dari pengukuran dampak social (Social Return on Investment/SROI) yang kami lakukan diperoleh hasil Nilai SROI sebesar 2,15. Artinya setiap 1 (satu) Rupiah yang dikeluarkan oleh PLN telah menghasilkan dampak positif Rp 2,15,” terangnya.
Dirinya menambahkan, “keunikan yang luar biasa dari pemanfaatan FABA untuk bedah rumah sederhana sehat layak huni bagi masyarakat adalah lahirnya solidaritas diantara warga kurang mampu membantu sesamanya yang juga kurang mampu selaku penerima program, karena kalau orang mampu atau orang kaya membantu warga kurang mampu/warga miskin adalah hal wajar.
Oleh karena itu pemanfaatan FABA untuk bedah rumah sederhana sehat layak huni bagi masyarakat kurang mampu perlu diteruskan sehingga semangat solidaritas diantara warga berkelanjutan, dan semakin banyak tersedia rumah layak huni yang dapat menjadikan kehidupan lebih layak, produktif dan kondisi sosial ekonomi masyarakat juga lebih baik, terangnya.
Program pemanfaatan FABA yang sedang dilaksanakan saat ini di Ende merupakan sebuah program yang sangat baik karena menggandeng beberapa stakeholder kunci seperti pimpinan daerah dan tokoh agama.
Hal baik yang sudah dilakukan ini perlu direplikasi oleh daerah lain karena manfaat program ini membantu pemerintah untuk mencapai target-target tujuan pembanguan berkelanjutan, tutup Iman.
Piet Heronimus Djata, selaku Pembina KSM (Kelompok Swadaya Masyarakat) Anamamo Sedagadi menyampaikan terima kasih atas kepedulian PLN membantu masyarakat kurang mampu melalui bantuan material FABA untuk UMKM material konstruksi berbasis FABA sehingga tumbuhnya UMKM material konstruksi berbasis FABA telah mendukung terciptanya lapangan kerja baru sehingga beberapa warga terbantu kehidupannya, terang Piet. [dny]