Caranya, dengan mengadopsi kegiatan-kegiatan ataupun kehidupan sosial kekinian, sehingga Bahasa Bali ini benar-benar bisa membumi. Bahasa Bali itu, tak hanya dijadikan media komunikasi hanya sebatas tulisan atau acara-acara resmi lainnya, tetapi benarbenar menjadi bahasa ibu, bahkan menjadi bahasa utama utamanya dalam keluarga.
"Anak-anak kita sekarang baru lahir sudah berbahasa Indonesia, bahkan berbahasa Inggris dengan orang tuanya. Mereka jarang diajak berbahasa Bali," ujarnya.
Baca Juga:
Dampak Erupsi Gunung Lewotobi, Bandara Bali Batalkan 90 Penerbangan Dalam Sehari
Jadi, itu nanti akan diberi penekanan setelah pelaksanaan Bulan Bahasa Bali dievaluasi dari sebelumnya. Nah, itu yang akan lebih kita tingkatkan," ucap mantan Rektor ISI Denpasar ini.
Untuk meyakinkan pelaksanaan Bulan Bahasa Bali di tingkat desa, Dinas Kebudayaan mempunyai sebanyak 650 lebih penyuluh Bahasa Bali yang tersebar di desa-desa.
Masing-masing desa ada seorang penyuluh yang bertugas sebagai "matanya" Dinas Kebudayaan Pemerintah Provinsi Bali. Penyuluh bahasa Bali ini akan membantu serta melihat setiap pelaksanaan Bulan Bahasa Bali di tingkat desa.
Baca Juga:
BNNP Bali Gerebek Narkoba, Oknum Polisi Tertangkap Diserahkan ke Propam
"Edaran sudah kita lakukan, bahkan Gubernur Bali dengan tegas mengatakan dana desa dan juga anggaran yang digelontorkan untuk desa adat wajib hukumnya digunakan untuk menyelenggarakan Bulan Bahasa Bali. Itu yang akan kita tuntut kepada desa dan desa adat agar harus menyelenggarakan Bulan Bahasa Bali," katanya.
Bulan Bahasa Bali tahun 2023 mengusung tema "Segara Kerthi: Campuhan Urip Sarwa Prani" yang dimaknai sebagai altar pemuliaan Bahasa, Aksara, dan Sastra Bali untuk memaknai laut sebagai awal dan akhir kehidupan segenap makhluk.
Bulan Bahasa Bali menyajikan enam kegiatan pokok, yaitu Krialoka (Workshop), Widya Tula (Seminar), Wimbakara (Lomba), Sesolahan (Pergelaran), Reka Aksara (Pameran), dan Penganugrahan Bali Kerthi Nugraha Mahottama.[zbr]