Bali.WAHANANEWS.CO - Organisasi Relawan Nasional MARTABAT Prabowo-Gibran menyambut positif dukungan pemerintah pusat bersama Asian Development Bank (ADB) dalam mengoptimalkan pembangunan sektor pariwisata Bali.
Bagi organisasi ini, langkah tersebut menegaskan kembali posisi Bali sebagai ikon utama pariwisata budaya Indonesia di mata dunia.
Baca Juga:
Banjir Ekstrem Bali Telan 14 Korban Jiwa, Terparah dalam 70 Tahun
Ketua Umum MARTABAT Prabowo-Gibran, KRT Tohom Purba, menilai dukungan tersebut sangat strategis.
Menurutnya, Bali bukan hanya destinasi wisata, melainkan juga pulau budaya yang memikul beban besar dalam menjaga citra bangsa.
“Pariwisata Bali sudah terbukti menjadi lokomotif utama ekonomi Indonesia, menyumbang hampir separuh devisa nasional dari sektor ini. Maka ketika pemerintah pusat bersama Development Bank hadir memberikan perhatian, itu adalah sinyal positif untuk mengangkat martabat pariwisata budaya kita,” kata Tohom, Kamis (18/9/2025).
Baca Juga:
Fjäll Green Tech Bangunkan Perumahan Hijau Teknologi Ramah Lingkungan
Ia menjelaskan, Bali pernah mengalami keterpurukan pariwisata akibat pandemi Covid-19 yang menghantam jumlah kunjungan wisatawan mancanegara.
Namun, pulihnya pariwisata Bali membuktikan betapa vitalnya sektor ini bagi perekonomian nasional.
“Ketika wisatawan asing kembali datang, ekonomi Bali pun segera bangkit. Ini bukti betapa pentingnya peran Bali dalam ekosistem pariwisata Indonesia,” tambahnya.
Tohom juga mengingatkan agar pembangunan pariwisata Bali tidak hanya berfokus pada aspek ekonomi, melainkan tetap menempatkan nilai budaya, lingkungan, dan manusia sebagai pondasi utama.
Ia menyoroti fenomena pementasan seni Bali yang kerap tidak sesuai pakem, serta persoalan sampah dan kemacetan sebagai ancaman serius.
“Jika pariwisata hanya mengejar angka kunjungan, maka jati diri Bali akan terkikis. Kita harus membangun pariwisata yang bermartabat, berakar pada budaya, dan berpihak pada masyarakat lokal,” tegasnya.
Menurut Tohom, kolaborasi lintas pihak antara pusat, daerah, dan mitra internasional akan lebih efektif jika berbasis pada prinsip keberlanjutan.
“Bali harus menjadi contoh model pembangunan pariwisata budaya yang tidak sekadar mendatangkan devisa, tapi juga menjaga harmoni dengan lingkungan dan adat,” ujarnya.
Tohom yang juga Ketua Aglomerasi Watch ini menambahkan, pengembangan pariwisata Bali perlu dikaitkan dengan konsep tata ruang dan keterhubungan antarwilayah.
“Kemacetan, konsentrasi pembangunan di selatan, dan kesenjangan antarwilayah harus diatasi dengan pendekatan aglomerasi yang adil. Jika tidak, pertumbuhan pariwisata Bali akan timpang,” jelasnya.
Ia menilai langkah pemerintah pusat untuk membahas pembangunan bandara baru di Bali Utara dan peningkatan infrastruktur konektivitas merupakan strategi yang tepat.
“Dengan distribusi pembangunan yang merata, beban Bali Selatan bisa berkurang, sekaligus membuka peluang baru bagi ekonomi lokal di wilayah utara,” ungkap Tohom.
Lebih jauh, ia menekankan bahwa dukungan ADB harus dimanfaatkan secara optimal untuk memperkuat daya saing pariwisata Bali di tingkat global.
“Kita tidak boleh hanya menjadi penonton dalam arus globalisasi pariwisata. Indonesia, melalui Bali, harus tampil sebagai pemimpin dalam menawarkan pariwisata budaya yang autentik dan berkelas dunia,” pungkasnya.
[Redaktur: Sobar Bahtiar]