"Ini tantangan luar biasa, kalau yang hadir di sini bisa kita kolaborasikan, mulai dari pengusaha, kami sebagai pemerintah dan ketika saatnya nanti RUPTL akan kita umumkan. Kami akan segera melakukan sosialisasi terhadap RUPTL itu sehingga dapat dengan cepat dieksekusi," ujar Jisman.
Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo mengatakan, sebagai penyokong ketahanan energi, PLN berkomitmen untuk berkolaborasi dengan berbagai pihak dalam melakukan transisi energi di Indonesia.
Baca Juga:
PLN Mulai Jajaki Energi Nuklir, Kaji Kelayakannya Bersama KHNP Korsel di Forum COP28 Dubai
Dirinya menyampaikan, PLN terus berupaya melakukan akselerasi pengembangan energi terbarukan melalui Accelerated Renewable Energy Development. Upaya ini mampu menambah porsi energi baru terbarukan (EBT) hingga 75% sampai dengan tahun 2040.
PLN akan membangun Green Enabling Super Grid secara bertahap yang menghubungkan listrik Sumatera–Jawa, Kalimantan–Jawa, dan Sumba–Bali–Jawa. Dengan demikian lokasi sumber EBT berskala besar yang berada di daerah terpencil dapat disalurkan ke pusat demand listrik yang sudah ada dan yang akan muncul di masa depan.
"Green Enabling Super Grid ini membuat sistem kelistrikan Indonesia yang sebelumnya terpisah antar pulau menjadi terhubung satu sama lain dan mampu meningkatkan penggunaan baseload renewable energy menjadi 32 gigawatt (GW)," ucap Darmawan.
Baca Juga:
PLN Grup Bawa Komitmen Investasi Kelistrikan dan Beyond kWh dari Indonesia-China Business Forum
PLN juga mengembangkan end to end smart grid yang terdiri dari Smart Power Plant, Smart Transmission, Smart Control Center, Smart Distribution dan Smart Metering yang tidak hanya mampu mengatasi intermitensi pada pembangkit energi terbarukan, namun juga mampu meningkatkan keandalan sistem kelistrikan. Upaya ini meningkatkan penggunaan variable renewable energy di Indonesia akan meningkat dari sebelumnya 5 GW menjadi 28 GW.
“Dengan seluruh upaya yang dilakukan tersebut, akan ada peningkatan penambahan pembangkit EBT hampir 3 kali lipat dari sebelumnya 22 GW pada skenario business as usual menjadi 60 GW pada 2040,” jelas Darmawan.
Darmawan menambahkan, pihaknya membuka kolaborasi dengan berbagai pihak untuk merealisasikan penambahan pembangkit tersebut.