WahanaNews-Bali | Pemerintah Provinsi Bali membidik potensi produk garam tradisional sebagai upaya memenuhi pasar industri spa guna memberikan nilai tambah petani sekaligus mendukung pariwisata.
“Kami jajaki karena ini ada peluang besar untuk spa,” kata Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Bali Putu Sumardina di sela Konferensi Tuna Indonesia di Legian, Kabupaten Badung, Bali, Kamis (25/3/23).
Baca Juga:
Sederet Manfaat Mandi Air Garam, Salah Satunya Redakan Nyeri Otot
Menurut dia, petani yang memproduksi garam diproses tradisional dan tanpa bahan kimia sehingga baru memenuhi kebutuhan dapur masyarakat.
Ia mencatat sentra pembuatan garam tradisional di Bali di antaranya tersebar di Amed Kabupaten Karangasem, Kusamba di Kabupaten Klungkung dan di Tejakula Kabupaten Buleleng.
Berdasarkan data Dinas Kelautan dan Perikanan Bali, produksi garam tradisional di tiga kabupaten itu pada 2022 mencapai 1.531 ton.
Baca Juga:
5 Tanda Tubuh Kelebihan Konsumsi Garam, Salah Satunya Susah Tidur
Produksi tersebut dilaksanakan oleh 301 petani garam tradisional dengan total luas lahan mencapai 850 ribu meter persegi.
“Untuk produksi garam tradisional 2021 belum ada karena baru mulai bergerak pada 2022,” imbuh Sumardiana.
Selain di tiga sentra itu, beberapa petani garam tradisional juga ada di beberapa wilayah lain namun dalam jumlah yang tidak begitu banyak masing-masing satu kelompok d Tabanan, Denpasar dan Jembrana.
Total di Bali ada 53 kelompok petani garam tradisional dengan jumlah anggota aktif mencapai 470 orang.
Ia mengharapkan memasuki musim kemarau pada Juni-Juli 2023, petani garam tradisional itu dapat meningkatkan produksinya.
Produk garam selama ini menjadi salah satu jenis produk yang banyak digunakan di industri spa yakni untuk perawatan kulit dan perawatan badan.
Sedangkan di Bali banyak usaha spa yang menjadi salah satu tujuan wisata para pelancong mancanegara dan nusantara.
Sebelumnya, Gubernur Bali Wayan Koster menolak adanya komoditas yang masih impor di Bali di antaranya beras dan garam agar meningkatkan kesejahteraan petani lokal dan mendukung perputaran ekonomi lokal.
“Garam juga kami punya sumber produksinya, kualitas bagus, masa kita impor garam,” katanya di sela Konferensi Tuna Indonesia.[zbr]