Pengendara tunggal asal Denpasar itu akan berkendara dengan sepeda motor Aprilia berwarna biru putih dengan plat Bali dan identitas Indonesia di badan motor. Kendaraan tersebut juga sudah berada di Afrika Selatan saat ini.
Ketika tiba pekan depan, Ngurah Wijaya akan memulai perjalanan dengan meminta izin Kedutaan Besar Republik Indonesia di negara tersebut untuk memastikan rute mana yang boleh dia ambil.
Baca Juga:
Ngeri! Dua Pengendara Motor di Cileungsi Tewas Terlindas Tronton
Melihat masih ada konflik di sejumlah negara, mantan pelaku pariwisata Bali itu sudah mempersiapkan diri untuk kemungkinan terburuk di perjalanan. Ngurah Wijaya tak ragu karena sudah terbiasa dengan medan jalan yang buruk.
Kepada media, dia bercerita pengalamannya ketika melewati jalan dengan julukan "trampolin kematian" di Columbia, di mana dengan jalan sangat kecil motornya harus lewat di sela-sela jurang dengan kedalaman sekitar 700 meter.
Kesulitan lainnya juga pernah dialami di India, ketika Ngurah baru tahu bahwa negara tersebut hanya menerima pembayaran dengan bank tertentu sehingga dia harus bersurat ke Indonesia melalui kantor pos setempat.
Baca Juga:
Dugaan Penganiayaan Anjing Viral di Medsos Pelakunya Terancam 3 Bulan Penjara
Meski ada kesulitan, sang pemotor tunggal menilai jauh lebih banyak pengalaman menarik yang dialami, seperti bertemu komunitas pengendara sepeda motor lainnya di dunia, hingga akhirnya dia tahu bahwa usianya paling tua di antara yang lain.
Selain itu, kerap kali di jalan orang-orang mengikuti dan mengungkap kekaguman karena pria itu berkendara dari Indonesia, bahkan beberapa kali media lokal meliput aksinya.
“Selama tur kadang bertemu orang yang tahu Bali dan Indonesia, apalagi di sana ada juga Jalan Bung Karno, dan kita negara non blok jadi terkenal sekali. Saya juga pernah bertemu satu keluarga di Bolivia mereka pernah tinggal di Jakarta itu dia ikuti saya. Pernah juga di stop di jalan oleh wartawan tv, dia ikuti saya karena ada tanda Indonesia di motor,” tutur Ngurah.