WahanaNews-Bali | Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Badung, Bali mencatat sekitar 22.000 wisatawan domestik, berkunjung ke Pulau Dewata setiap harinya menjelang momen Natal 2021 dan Tahun Baru 2022 (Nataru).
PHRI Badung menyebutkan sekitar 12.000 wisatawan datang melalui perjalanan udara dan 10.000 wisatawan datang melalui jalur darat.
Jumlah kunjungan jelang Nataru memang terbilang cukup tinggi sehingga berdampak pada meningkatnya okupansi hotel di Bali.
Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Badung, I Gusti Ngurah Rai Suryawijaya mengatakan, meski okupansi hotel di Bali meningkat jelang Nataru tapi tidak berimbas terhadap harga kamar hotel. Harga kamar yang tersedia masih relatif terbilang stabil
."Harga kamar tetap reasonable, karena hukum ekonomi supply dan demand.Persediaan kamar masih lebih banyak dibandingkan permintaan. Situasi Covid-19 juga masih ada, sehingga harga relatif terjangkau," ucap Suryawijaya.
Kata dia, Kedatangan wisatawan domestik saat ini berhasil menaikkan okupansi perhotelan rata-rata tingkat regional di Bali menjadi 35 persen. Meski begitu, peningkatan wisatawan domestik masih terus diupayakan. Hal ini agar memenuhi ketersediaan kamar yang jumlahnya mencapai sekitar 146.000.
"Sehingga belum seimbang jika dibandingkan dengan 22.000 wisatawan domestik yang datang," sambung Suryawijaya.Situasi pandemi saat ini memang menyebabkan hotel-hotel maupun penyedia jasa lainnya di Bali belum bisa mendapatkan keuntungan secara optimal.
Masih banyak hotel dan penginapan memberikan harga miring hanya untuk memenuhi kebutuhan operasionalnya.
Suryawijaya berharap, situasi pandemi Covid-19 akan semakin membaik sehingga jumlah wisatawan domestik ke depannya akan semakin meningkat.
"Semoga saja secara bertahap terus membaik. Potensi wisatawan domestik cukup tinggi, karena itu dari kami pelaku industri wisata juga telah menyiapkan protokol kesehatan ketat dan sertifikasi CHSE di berbagai tempat," ujar dia.
Adapun okupansi hotel di Bali saat ini umumnya masih terpusat di wilayah-wilayah tertentu, seperti Badung, Denpasar, dan Ubud.
Suryawijaya menambahkan, untuk kegiatan rapat bisnis atau pemerintahan biasanya dilakukan di hotel-hotel berbintang empat hingga bintang lima.
Sementara bagi wisatawan yang datang berlibur cukup tersebar, termasuk memanfaatkan hotel bintang satu hingga bintang tiga, ataupun penginapan berupa vila. [dny]