Kemudian, partikel es dan partikel air super dingin akan bercampur dan teraduk-aduk akibat proses updraft dan downdraft hingga membentuk butiran es yang semakin membesar.
Saat butiran es sudah terlalu besar, pergerakan massa udara naik tersebut tidak akan mampu lagi mengangkatnya sehingga butiran es akan jatuh ke permukaan bumi menjadi hail atau hujan es.
Baca Juga:
Sejumlah Rumah Warga di Sumsel Rusak Akibat Fenomena Hujan Es
"Strong updraft di suatu daerah, dapat terbentuk akibat adanya pemanasan matahari yang intens, pemanasannya sangat optimal atau kuat antara pagi hingga siang hari, serta dapat dipengaruhi oleh topografi suatu daerah," ungkapnya.
Selanjutnya tingkat pembekuan yang rendah dikenal dengan istilah lower freezing level.
Pada fenomena hujan es atau hail, lapisan tingkat pembekuan atau freezing level mempunyai kecenderungan turun lebih rendah dari ketinggian normalnya.
Baca Juga:
Pekanbaru Alami Fenomena Hujan Es, Ini Penjelasan BMKG
"Hal ini menyebabkan butiran es yang jatuh ke permukaan bumi tidak mencair sempurna. Lapisan tingkat pembekuan atau freezing level merupakan lapisan pada tinggian tertentu di atas permukaan bumi. Dimana suhu udara bernilai nol derajat celsius," ujarnya.
"Pada ketinggian ini, butiran air umumnya akan membeku menjadi partikel es. Di Indonesia, umumnya lapisan tingkat pembekuan atau freezing level berada pada kisaran ketinggian antara 4 (hingga) 5 km di atas permukaan laut," sambungnya.
Ia juga menyebutkan untuk sifat fenomena hujan es, hujan baru bisa disebut hujan es jika memenuhi sifat-sifat fenomena hujan es atau hail.