“Dalam program ini masyarakat diposisikan sebagai subjek dan sebagai objek. Sebagai subjek mereka ikut membantu melestarikan Sungai Citarum dan sebagai objek mereka mendapatkan pemberdayaan dan juga nilai secara ekonomi. Masyarakat diberdayakan untuk membersihkan sampah dan sampahnya dijual ke kami. Sehingga mereka dapat nilai uang untuk kehidupan mereka sehari-sehari,” terang Indra.
Sementara itu anggota Komunitas Bening Saguling, Muhammad Dzikri Fauzan menambahkan, sampah yang terkumpul dari kegiatan bersama PLN ini akan terlebih dahulu dipilah sebelum kemudian diolah menjadi barang berdaya guna.
Baca Juga:
Peringati Hari Lingkungan Hidup Sedunia, PLN Tanam 3.000 Mangrove di Pesisir Sulawesi Utara
“Kami mempunyai metode klasifikasi sampah seperti low value dan high value. Untuk sampah low value kami melakukan daur ulang dalam bentuk plastic board, kalau high value, kami sortir sesuai jenisnya setelah disortir kami daur ulang ke pabrik yang lebih besar,” ujar Dzikri.
Nantinya, hasil daur ulang dari sampah ini bisa menjadi barang berdaya guna seperti botol, gelas plastik yang bisa diolah kembali. Dzikri pun berharap kegiatan bersama PLN ini tidak hanya berhenti di sini, tetapi dapat terus berlanjut sehingga dapat memberikan manfaat besar tidak hanya bagi lingkungan tapi juga bagi masyarakat sekitar dari aktivitas ekonomi daur ulang sampah yang dilakukan.
Tidak hanya di kawasan Waduk Saguling, kegiatan green employee involvement yang digelar PLN ini salah satunya juga dilakukan di Jayapura dan membawa manfaat bagi masyarakat sekitar. Koordinator Umum Komunitas Rumah Bakau Jayapura, Theresia Faradila mengungkapkan antusiasme komunitasnya dalam kegiatan ini. Ia menyampaikan kegiatan pemungutan sampah ini dapat dijadikan peluang usaha.
Baca Juga:
Semut Merah Dibalik Suksesi Program Adiwiyata Agincourt Resources
“Program ini merupakan kesepakatan kita bersama tentunya dalam mengurangi sampah yang mengakibatkan pencemaran lingkungan. Sebagian besar sampah yang kami kumpulkan adalah sampah plastik, rencana akan kami cacah, kemudian akan jadi bahan dasar seperti pembuatan paving block, kerajinan tatakan meja, atau dalam skala besar dibuatkan partisi ruangan dari sampah. Inilah yang kemudian jadi tantangan kami bagi komunitas untuk mengolahnya jadi barang bernilai jual,” pungkas Theresia.
[Redaktur: Frans Dhena]