Bali.WahanaNews.co, Denpasar - Berlibur di Bali kini tak melulu tentang pantai. Sejak Maret 2023 Bali resmi memiliki mal baru yang disebut-sebut sebagai mal terbesar di Pulau Dewata. Namanya Living World Denpasar.
Living World merupakan sebuah pusat perbelanjaan yang mengusung konsep "Home Living & Eat-erteainment" dengan arsitektur khas Pulau Dewata. Mal terbesar di Bali ini dikembangkan oleh Kawan Lama Group yang dibuka pada 24 Maret 2023.
Baca Juga:
Bank Indonesia Bali Catat Kenaikan Indeks Keyakinan Konsumen Ekonomi Pulau Dewata September 2024
"Living World Denpasar ini mengusung arsitektur Bali, jadi semua design mulai dari lantai hingga atap menggunakan struktur Bali. Konsep toilet setiap lantai juga berbeda, kita juga ada toilet khusus anak-anak di lantai 1," kata Made Krisna selaku public relation Living World Denpasar.
Sebagai mal terbesar di Bali, di sini traveler bisa menemukan berbagai macam usaha dan fasilitas menarik. Sip banget jadi tempat berlibur di akhir pekan.
Dengan bangunan seluas 120.000 meter persegi, Living World Denpasar terdiri atas tujuh lantai yaitu B1 dan B2 sebagai area parkir, Lower Ground, Ground Floor, lantai 1, lantai 2, dan lantai 3.
Baca Juga:
Diduga Terlibat Prostitusi, Imigrasi di Bali Usir WNA Uganda
"Kebetulan lokasi di bawah kita ada satu zoning itu daerah wellness dan Pet Kingdom. Lower Ground ini kita basicnya FnB, ground floor kita ada fashion, lantai 1 kita fokus di home living, dan lantai 2 kita fokus di home living dan entertainment," ujar Jannywati Hartini, direktur Living World.
Banyak produk usaha yang dapat traveler temui, mulai dari fashion, food and beverage, furniture, dan games.
Beberapa brand yang hadir di Living World Denpasar yaitu ACE, INFORMA, Toys Kingdom, Pet Kingdom, Pendopo, EYE SOUL, THYS, dan beragam brand kuliner dari F&B ID, yaitu Chatime Atelier, Cupbop, Gindaco, dan Go! Go! CURRY Genki no Minamoto.
Jika sudah lelah menjelajahi area indoor, traveler bisa mencoba menjelajahi beberapa area outdoor, seperti area sidewalk. Di sini traveler bisa berjalan santai sembari menikmati keindahan arsitektur bangunan dan sungai di sepanjang area mal.
Menurut Jannywati Hartini keunikan Living World Denpasar terletak pada aktivitas di amphitheater yang hanya ada di Living World Denpasar. Living World menjadi mal pertama di Bali yang memiliki amphitheater dengan kapasitas sekitar 500 orang.
Di akhir pekan biasanya banyak komunitas yang melakukan pementasan seni di amphitheater ini. Jangan sampai kelewatan ya!
Bagi traveler yang ingin ngemal dengan sensasi berbeda, jangan sampai ketinggalan untuk menikmati keindahan matahari terbenam dari rooftop community park yang ada di Living World Denpasar.
Tenang saja, mal ini sudah pet friendly jadi cocok untuk traveler yang ingin membawa hewan peliharaan. Namun ketika memasuki mal, hewan peliharaan diwajibkan untuk menggunakan pampers.
Hadir dengan gebrakan berbeda, Living World Denpasar melakukan pengembangan pada UMKM lokal. Living World menjadi mal pertama kali mengkurasi konsep UMKM. Dua bidang yang menjadi fokus dari Living World Denpasar adalah bidang kuliner serta kriya dan fashion bali.
Dalam bidang kuliner, Living World Denpasar berkomitmen dan berkolaborasi dengan Samsaka Group dengan membina lebih dari 70 UMKM lokal. Nusantara Market menjadi wadah bagi UMKM lokal untuk memperjualbelikan produknya.
Sedangkan dalam bidang kriya dan fashion Bali, Living World Denpasar menggandeng Pendopo untuk mengadakan pagelaran busana yang memamerkan karya-karya UMKM lokal. Mal ini juga menghadirkan fashion street yang menjadi wadah bagi UMKM lokal menyajikan brand fashion karya anak negeri.
Living World Denpasar setiap harinya dikunjungi sekitar 15 ribu pengunjung saat weekday dan 50 ribu saat weekend. Terlebih ketika terdapat pementasan ataupun kegiatan di amphitheater, kunjungan selalu penuh.
"Kalau kita lihat dari respon pertama kali buka, naiknya sudah sangat signifikan, sudah sampai 154%. Kalau weekday sekarang bisa sampai 15 ribu, kalau weekend kita bisa sampai 50 ribu. Kalau ada kegiatan di amphitheater, pasti penuh," ujar Jannywati.
[Redaktur: Amanda Zubehor]