WahanaNews-Bali | Kepala BNPB, Mayjen Suharyanto, memberikan solusi untuk wisatawan Indonesia yang baru pulang dari luar negeri dan menolak karantina di hotel.
Dia mengarahkan agar wisatawan yang menolak untuk tetap menjalani karantina di Wisma.
Baca Juga:
Kasus Dugaan Korupsi X-Ray Badan Karantina Diusut KPK, Sudah Jerat Tersangka
"Nah ini ada kasus, beberapa pelaku perjalanan luar negeri yang bukan pelajar, bukan mahasiswa, yang seharusnya di karantina di hotel tidak mau, mereka tetap memaksa untuk karantina gratis, nah ini yang kami diskusi, dicarikan solusinya bagi mereka ini tetap dilaksanakan pelayanan karantina di Wisma," kata Suharyanto kepada wartawan di terminal 3 Bandara Soetta, Tangerang, Jumat (24/12/2021).
Suharyanto menuturkan solusi tersebut dilakukan agar tidak menimbulkan permasalahan baru dan membuat gaduh di kemudian hari. Dia menyebut Satgas Covid-19 terus melakukan pemantauan terhadap seluruh pergerakan pelaku perjalanan di Bandara Soeetta baik yang baru datang maupun yang akan pergi ke luar negeri.
"Sehingga tidak gaduh dan menimbulkan permasalahan yang lain. Satgas Covid-19 melaksanakan pemantauan terus dari mulai kedatangan di bandara, perjalanan, sampai datang ke Wisma untuk yang PMI, pelajar, mahasiswa dan ke hotel-hotel untuk yang karantina karena bukan termasuk PMI, pelajar atau mahasiswa tentu saja diharapkan ini ke depan lebih baik lagi tidak lagi timbul adanya penumpukan ataupun antrian panjang pelaksanaan pengurusan pelayanan yang kurang maksimal," tambahnya.
Baca Juga:
Dugaan Korupsi Pengadaan X-Ray Kementan Rp194 Miliar di Kejati DKI Mandeg Jamwas Perlu Turun
Dalam kunjungannya bersama Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo, Suharyanto mengungkapkan bahwa banyak pelaku perjalanan internasional yang sadar harus menjalani karantina. Selain itu, kata Suharyanto banyak yang senang menjalani karantina di hotel.
"Mereka harus dikarantina di hotel selama 10 hari, rata-rata menyadari kok pada saat kembali ke tanah air setelah melakukan perjalanan ke luar negeri, mereka senang dilaksanakan karantina di hotel. Kemudian yang PMI, pelajar, mahasiswa tadi juga sempat dialog dan mereka menyadari begitu tiba di Indonesia harus menjalani karantina sepuluh hari mereka siap," pungkasnya.
Sebelumnya Satgas Udara Covid-19 Bandara Soekarno-Hatta mengungkap setiap harinya ada puluhan wisatawan Indonesia yang memaksa untuk karantina gratis di Wisma Atlet.
Mereka yang baru dari luar negeri tersebut selalu beralasan tidak punya uang.
Berdasarkan aturan memang setiap wisatawan internasional yang baru datang di Bandara Soekarno Hatta diwajibkan melakukan karantina terlebih dahulu selama sepuluh hari.
Namun hanya WNI dengan kriteria tertentu yang mendapatkan fasilitas karantina gratis di Wisma Atlet.
"Untuk wisatawan Indonesia kan tidak berhak ke wisma. Maka harusnya ke hotel namun dia itu memaksakan diri untuk ke wisma dan menghujat pemerintah bahwa dia tidak dilayani seperti orang yang ada di wisma," ujar Dansatgas Udara Covid-19 Bandara Soetta, Kolonel Agus Listiyono, saat ditemui di kantornya, Rabu (22/12).
Agus mengungkapkan, sesuai dengan aturan, hanya ada tiga kriteria yang dapat melakukan karantina gratis milik pemerintah. Meski begitu, menurutnya, dalam sehari, selalu saja ada wisatawan yang memaksa meminta dikarantina di Wisma Atlet.
"Pertama pegawai imigran Indonesia itu wajib hukumnya di wisma. Yang kedua pelajar. Yang ketiga ASN atau pegawai negeri sipil yang diberi surat tugas oleh pemerintah. Itu yang berhak ke wisma namun kenyataannya setiap hari ada saja pelancong atau wisatawan dan lain sebagainya itu yang di-scan di tempat kami itu masuknya hotel, namun setiap hari itu ada mas. Kisaran 50 sampai 60 itu ada setiap hari," tambahnya.
Menurutnya, para wisatawan ini memaksa karantina di fasilitas milik pemerintah yang gratis karena persoalan finansial. Agus mengaku tidak memiliki solusi untuk menghadapi penumpang yang seperti ini.
"Kemarin aja ada 57 itu kan menjadikan beban negara. Alasannya, mereka itu rata-rata uang, tidak punya uang. Saya tidak membikin solusi apa-apa karena di dalam aturannya hanya dua karantina itu, solusinya tetap aja dimasukkan ke wisma," tuturnya. [dny]