WahanaNews-Bali | Gubernur Bali I Wayan Koster akan mencanangkan program Keluarga Berencana (KB) empat anak. Bukan dua anak seperti program pemerintah pusat.
Alasannya, pertumbuhan penduduk di Bali rendah. Hal itu dikhawatirkan akan mengancam kebudayaan Bali menjadi cepat punah.
Baca Juga:
Penurunan Tingkat Pengangguran Terbuka di Jakarta Sebesar 0,32 Persen
"Makanya, saya menggalakkan jangan KB dua anak. Tetapi, KB empat anak," ujarnya di Art Center, Selasa (21/2/2023).
"Kalau semuanya dua anak, berarti Nyoman dan Ketut punah dong? Kan kehilangan unsur budaya ini," lanjut Koster.
Ia juga berpesan kepada generasi muda untuk menikah dan merencanakan memiliki setidaknya empat anak. Dengan begitu, Nyoman (nama khas anak ketiga) dan Ketut (anak keempat) tidak terancam punah.
Baca Juga:
Nilai Ekspor Aceh Hingga Triwulan III-2024 Capai 486,1 Juta Dolar AS
"Sekarang, coba cek pendaftaran siswa baru di SD. Masuk SD, pertama itu lihat ada berapa Nyoman? Ada berapa Ketut? Pasti, sudah langka sekali," tegas Koster.
Dalam rangka merealisasikan program tersebut, ia mengaku telah berkoordinasi dengan Kepala Badan Kependudukan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Hasto Wardoyo untuk memberi kelonggaran kepada Bali terkait jumlah anak.
"Pak Hasto, untuk Bali jangan diberlakukan dua anak untuk KB-nya. Karena itu merugikan masyarakat Bali. Sudah jumlahnya sedikit, diperkecil lagi," tuturnya.
Berdasarkan sensus penduduk Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah penduduk Bali sebanyak 4,32 juta jiwa per 2020. Secara rinci, 2,17 juta berjenis kelamin laki-laki, dan 2,15 juta berjenis kelamin perempuan.
Dari total populasi itu, jumlah penduduk usia produktif (15-64 tahun) sebanyak 3,045 juta jiwa atau 70,96 persen.
Dari sembilan kabupaten/kota, Buleleng menjadi wilayah dengan jumlah penduduk terbanyak, yaitu 791,81 ribu jiwa. Sedangkan Klungkung menjadi wilayah dengan penduduk paling sedikit, yakni 206,93 ribu jiwa.[zbr/detik]