Bali.WahanaNews.co, Mataram - Anggota DPD RI asal Bali Arya Wedakarna alias AWK dipolisikan terkait ucapannya yang dituding menyinggung SARA (suku, agama, ras, dan antargolongan).
Laporan itu dilayangkan oleh Direktur Lombok Global Institut (Logis) NTB Fihiruddin bersama sejumlah aktivis ke Polda Nusa Tenggara Barat (NTB) pada Rabu siang (3/1/2024).
Baca Juga:
Resmi Jadi Presiden-Wapres RI 2024-2029, LP3BH Manokwari Ucapkan Selamat Bekerja kepada Prabowo - Gibran
"Kalimat (yang dilontarkan AWK) itu bagi kami tidak layak, sangat tidak layak diucapkan. Apalagi kami sebagai seorang muslim yang identik dengan Islam. Statemen itu sangat melukai hati kami sebagai umat muslim dan sebagai anak bangsa," ujar Fihiruddin seusai melayangkan laporan ke Ditreskrimsus Polda NTB.
Fihiruddin menilai pernyataan senator yang juga bekas personel boyband FBI itu berpotensi mencederai kehormatan lembaga legislatif. Menurut dia, seorang anggota DPD seharusnya menjadi penjaga harmonisasi agama, ras, dan berbangsa dalam segala situasi.
"Dengan adanya laporan ini, kami harap penyidik Polda NTB untuk segera bertindak untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan. Polda NTB harus gerak cepat untuk memanggil Senator Arya ke Polda NTB," pintanya.
Baca Juga:
Pemkab Buol Ajak Masyarakat dan Pemuda Amalkan Pancasila Jaga Keutuhan NKRI
Sebelumnya, Wedakarna menjadi sorotan dan dikecam banyak pihak atas ucapannya yang menolak staf penyambut tamu atau frontliner Bandara I Gusti Ngurah Rai, Bali, menggunakan penutup kepala. Berdasarkan video yang beredar, dia tampak berbicara dengan nada tinggi di depan pihak bandara dalam sebuah rapat.
"Saya nggak mau yang frontline-frontline itu, saya mau gadis Bali kayak kamu, rambutnya kelihatan, terbuka. Jangan kasih yang penutup-penutup nggak jelas. This is not Middle East. Enak aja di Bali. Pakai bunga kek, apa kek, pakai bije di sini," kata Wedakarna sebagaimana dalam video yang beredar.
Pernyataan Wedakarna yang viral di media sosial itu dikecam Ketua Harian Bidang Hukum Majelis Ulama Indonesia (MUI) Bali, Agus Samijaya. Menurutnya, sikap Wedakarna itu bisa mengarah ke penistaan agama.